Oleh : WSTD
M
|
istik, angker dan
berpenghuni, kurang lebih hal-hal tersebut lah yang muncul saat mendengar kata
“benda keramat”. Benda keramat sering diartikan dengan barang kuno peninggalaan
leluhur atau tokoh yang dikenal semasanya. Benda keramat itu sendiri bisa
berbentuk barang seperti batu, benda pusaka pakaian atau yang lainnya.
Keramat diartikan dalam
KBBI sendiri yaitu suci, dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia
biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan. Selain itu KBBI mengatakan keramat
adalah sesuatu yang bertuah dan dapat memberikan efek magis dan psikologis
kepada pihak lain.
Kali ini WSTD akan
mengulas sedikit tentang benda keramat itu sendiri. Mengapa benda keramat
tersebut dibahas oleh WSTD?Tentunya karena terdapat sangkut paut dengan sejarah
Serpong atau berlokasi di Serpong dan sekitarnya.
Bagi warga Serpong
dan sekitarnya pasti sudah tidak asing mendengar kata Keramat Tajug. Pada
dasarnya tempat ini adalah lokasi pemakaman yang terletak di wilayah Serpong,
tepatnya di Desa Cilenggang, berada persis pada sisi Jalan Raya Serpong. Namun
kali ini WSTD tidak membahas mengenai lokasi tersebut, melainkan aktifitas yang
bersangkutan dengan benda keramat.
Setiap malam 13
Maulid di Kramat Tajug terdapat aktifitas tahunan yaitu memandikan benda-benda
pusaka. Orang sekitar menyebut aktifitas ini dengan “Nyiraman”. Kegiatan ini bertujuan
untuk melestarikan benda-benda pusaka yang dikeramatkan warga sekitar. Benda
tersebut diantara lain Tombak, Pedang, Pisau, Golok dan Keris.
Tubagus Sos Rendra
(56) seorang tokoh sejarawan setempat menambahkan “Hal ini sudah dilakukan
sejak dulu yang bertujuan untuk merawat benda peninggalan leluhur agar benda
pusaka tetap terjaga. Proses Nyiraman itu sendiri dilakukan dengan cara
membersihkan benda-benda tersebut dengan air kelapa, jeruk nipis dan kembang
tujuh rupa.”
Penulis berbagai
macam buku sejarah ini pula menyebutkan bahwa acara Nyiraman dulunya hanya
diikuti oleh keturunan keluarga Tb. Atief, namun sejak tahun 2000 kegiatan ini
dibuka untuk umum dan selalu ramai menarik warga sekitar untuk sekedar melihat
atau mengiringi langsung proses Nyiraman. Kegiatan ini seolah menjadi budaya
dan rutinitas tahunan yang hingga saat ini terus terjaga oleh warga Serpong dan
sekitarnya.
Beberapa Benda Pusaka
tersebut merupakan peninggalan Raja Sultan Ageng Tirtayasa. Pangeran yang
bergelar Sultan Banten ke enam ini sengaja mewariskan benda-benda tersebut
dengan maksud agar budaya dan cerita kerajaan tidak hilang tergerus oleh zaman.
Tujuannya terbilang berhasil mengingat budaya Nyiraman masih terus
dipertahankan hingga saat ini dan menjadi sebuah tradisi.